Monday 20 March 2006

Kisah di Balik Kebiadaban

Masih berhubungan dengan postingan saya sebelumnya, saya cuma mau sharing ke teman-teman semua melalui tulisan teman saya, Bayu. Sebelumnya saya juga sudah tanya ke dia untuk ijin publikasinya di blog saya. Saya tidak akan salin semuanya tapi lebih ke intinya saja. Dan berikutnya merupakan tulisan dari teman saya, Bayu.

Tiga minggu yg lalu saya menerima pesanan kaos
dari para PHH ( Polisi Anti Huru Hara) sebagai
ketentuan baru dari atasan mereka yg
menginstruksikan bahwa semua desain kaos
dalaman polisi mesti V-neck. Belum usai kaos
terjahit, saya melihat dan mendengar kerusuhan
yang melibatkan aparat PHH dgn masyarakat di
Papua yg berujung pada bentrokan dahsyat. Tak
bisa dihindari banyak korban telah jatuh. Tiga org
PHH dan seorang TNI AU meninggal akibat
hantaman beton trotoar jalan di depan kampus
Cendrawasih Papua. Tersorot jelas oleh salah satu
kamera tv swasta, bagaimana beberapa orang
mahasiswa beserta masyarakat menghantamkan
sebuah beton ke kepala PHH yang jelas-jelas
pingsan dan tak berdaya. Saya yakin, hal itu telah
mematikan berjuta juta syaraf di kepala yang
mestinya terbebas dari benturan apa saja.

Nama nama mereka yg gugur, tertulis pada daftar
pemesan kaos yang rencananya minggu depan
selesai dan siap mereka kenakan untuk bertugas.
Ukuran mereka L, dan untuk membayar pesanan
tsb, gaji mereka terpaksa dipotong. Memotong gaji
org yg terbunuh? Ngga mungkin kan? Semestinya
saya bisa melihat tubuh kekar mereka
mengenakan karya Louder untuk mereka pakai
dlm bertugas.


Bisu? Bisu lah hak asasi manusia….karya abstrak
yang takkan pernah bisa membantu kita.


Ya, begitulah garis besar isinya. Memang teman saya ini punya usaha clothing sendiri yang cukup mapan, dan dia punya koneksi yang cukup kuat untuk pemesanan seragam pemerintahan sampai kepolisian. Cerita diatas merupakan sharing dari seorang teman yang secara tidak sengaja memiliki hubungan dengan para korban kerusuhan di Papua. Hanya dengan melihat nama-nama mereka pada daftar pesanan, kita sudah dapat merasakan bagaimana sedih dan marahnya kita. Suatu bentuk simpati yang terjalin dan menjadi lebih lagi dari sekedar bentuk duka cita. Dan kita hanya bisa dihadapkan pada realita kehidupan! Yab, remember one thing! They will get what they give!

No comments: