Monday 12 March 2012

Positif dan Negatif

Semua dalam hidup memang ada positif dan negatifnya, ada keuntungan dan juga pasti ada kekurangannya. Seperti hari ini saja, baru aku merasa ruginya kalau kerja. Waktuku tidak bisa fleksibel. Dulu mau keluar ketemu teman atau jalan2 bisa langsung ngikut tapi sekarang boro-boro deh.

Pagi tadi tiba-tiba dapet telpon dari Konsulat Honorar Indonesia di München. Ibunya bilang kalau paspor aku yang baru sudah jadi dan aku harus kesana untuk tandatangan langsung. Trus kebetulan juga di München lagi ada demo dimana-mana makanya sarana transportasi juga susah, karena itu si Ibu menyarankan kalau aku langsung datang saja besok pagi jam 10. Lah, aku bilang kalau aku kerja dan tidak bisa langsung kasih keputusan. Beliaunya ngotot katanya situasi di München yg lagi demo dimana-mana bisa bikin repot karena dia jadinya tidak bisa dateng tiap hari untuk buka kantor.

Hmmm ya repot juga sih ya. Aku ngerti maksudnya dia juga baik karena aku juga mau secepatnya urusan paspor ini selesai dan bisa segera apply ijin tinggal. Tapi ya mau gimana lagi. Bikin janji minggu depan dengan kemungkinan kalau demo yah apes berarti tidak bisa tandatangan atau kasih keputusan sekarang, yang notabenenya mustahil. Akhirnya aku minta waktu setengah jam untuk telpon ortu2 si anak-anak dulu baru setelah itu aku telpon si Ibu untuk kasih keputusan. Beliaunya juga setuju.

Aku juga rada-rada pesimis kalau bisa karena semuanya terlalu tiba-tiba. Sebenarnya besok Selasa juga waktu yang bagus karena satu anak titip tidak datang jadi aku cuma tinggal tanya ke 2 ortu. Tapi baru telpon yang pertama si Mama uda bilang ga bisa karena dia dan suaminya harus kerja dan untuk menitipkan anaknya di tempat lain secara mendadak, dia juga keberatan.

Jadi memang tidak ada jalan lain untuk atur janji minggu depan dengan segala ketidakpastiannya. Itu juga semua belum tentu bisa karena harus tanya ortunya dulu apa bisa dan kalau tidak bisa ya aku harus atur janji lagi atau bisa jadi semua ortu sudah ok eh minggu depan Selasa tiba2 ada demo, berarti ya apes banget deh. Bingung juga mau atur bagaimana tapi aku yakin pasti ada solusi tengahnya.

Begini deh ruginya kerja karena kalau mau urus masalah surat menyurat atau dokumen-dokumen penting ya harus jam kerja dimana aku sendiri juga harus kerja. Dan susahnya lagi ortu2 itu ga mau anaknya dititipin di tempat lain selain di aku....sigh. Enaknya kerja, jangan ditanya deh. Sehari-hari ga bosen apalagi di rumah selalu rame anak-anak dan juga lumayan lah jadi punya penghasilan sendiri yang sekarang malah cukup buat nambahin tabungan hahaha.

Tuesday 6 March 2012

Reuni SMA

Salah satu alasan kenapa aku mau pulang Indonesia bulan Juni adalah Reuni SMA. Sudah 14 tahun berlalu sejak terakhir kali pakai seragam kebesaran SMA dan rasanya kangen juga kumpul sama teman-teman SMA dan menggila.

Yah sudah ditetapkan tahun ini bulan Juni bakal diadakan reuni hanya untuk angkatanku saja, karena itu dari awal tahun aku sebenarnya sudah berencana untuk sekalian pulang kampung di bulan yang sama. Tapi apa daya, semuanya batal dikarenakan berbagai alasan yang membuat kita memutuskan untuk tidak pulang (lagi) tahun ini.

Setiap kali kalau aku lihat kalendar selalu kebayang bisa pulang ke rumah ketemu keluarga dan juga hadir di acara reunian, ketemu teman-teman lama semasa SMA. Dan rasanya hari adalah puncak dari segalanya.

Semalam aku mimpi ketemuan sama teman-teman SMA dan ikutan sibuk di acara persiapan reuni. Mimpinya itu begitu jelas sampai-sampai seharian aku masih kebayang-bayang muka2 teman-teman lamaku yang kulihat di mimpi. Ah kerja juga jadi ga mood tapi mencoba untuk tetap semangat. Ugh pengen pulang...pengen bangettttt...

"I just wanna be OK, be OK, be OK. I just wanna be OK today!" ( Be OK - Ingrid Michaelson)

Thursday 23 February 2012

To Spoil or not to Spoil?

I've been questioning myself lately if I would spoil my daughter too much. Like when we went to the toy shop on Tuesday I felt like buying her a small talking parrot or when we were on our trip to Dresden I felt like buying her this Sandmann doll as her reward for being soooo nice and lovely. But in the end I didn't do it. Not that those things are expensive but somehow I've been struggling myself with the reason that she would get spoiled in the future.

I know that actually my daughter won't be spoiled for just one or two toys I buy her but still the thought is there. As a matter of fact, I rarely bought toys for her, maybe only for Birthday, Christmas, and Easter, but I bought her quite often books. I am more into books anyway because then we can read it together and it's quite fun.

I do feel sad when she wants badly to have one toy and starts to cry badly but on the other hand I don't want her to get used to in getting all the things she wants. When we're home and I'm still fighting with all my thoughts, she seems to forget all the things she's been nagging before which make me say: aha, see I don't have to buy those things and she seems okay with it.

As a parent and a mother nowadays is pretty complicated to deal with the world who offers a lot of things, from digital toys, dolls in every shapes, dolls with all the human functions, small cars, big cars, even bigger cars, and so on, and so on. Well you have to keep up so that you won't be left behind, that's what they said. How about the educational function? Well, they all have it, that's what they said, at least.

I guess I will have to follow my heart because I do feel tired in struggling with the thoughts. I will stay on this line and won't care of anyone saying if I'm left behind or too hard to my daughter. As long as my daughter is happy and I'm sure our affections cost more than any of those toys. I habe dich Lieb, meine Maus, immer!