Semenjak saya di Jerman, kemampuan memasak saya lumayan terasah. Kalau kata emak di kampung sono sih kayak gini mah udah siap dikawinin hehehe. Well, berhubung disini semua-semuanya kudu sendiri jadi mau tidak mau harus mau begitu! Baguslah...jadi lebih bisa mandiri. Ceritanya sih dari Indonesia saya juga sudah menyiapkan berbagai resep makanan yang gampang-gampang saja dan hampir semuanya sudah dipraktekkan. Memang sih bisa saja makan diluar tapi kalau bisa masak sendiri lumayan menghemat ongkos hidup. Jadilah akhirnya saya rajin browsing buat cari-cari resep yang mudah diterapkan. Teman-teman juga bisa kok lihat resep-resepnya, beberapa "page"-nya sudah saya link di blog ini.
Setiap hari pun saya mikir, kira-kira malam ini mau makan apa ya? Iya memang mikirnya cuma "dinner" saja karena kan sarapan dan makan siang otomatis diluar, itupun kalo ingat *smile*. Berhubung juga kalau buat makan malam kan mikirnya juga harus berdua, yang saya suka dan Steffen juga bisa makan. Well, kalau saya sih "omnivora" sejati tapi kalau Steffen rada-rada rewel dan gawatnya "bule" satu ini sama sekali tidak suka keju padahal saya suka sekali *ihik* *ihik*. Rutinitas setiap hari adalah merundingkan menu untuk makan malam. Dan dari hari Sabtu memang Steffen sudah berjanji untuk masak hari Senin, dan kita pun sudah belanja bahan-bahannya.
Iya, semalam akhirnya dia masak, tapi ternyata dia belum pernah masak makanan ini sebelumnya, so diapun menelpon mamanya dan menanyakan cara-caranya dan ternyata kita masih kurang 2 bahan penting yaitu "Speck" dan "Dill". Kalau "Speck" itu hampir sama dengan "Bacon", yaitu daging babi yang ada lemaknya dan umumnya diasap. Kalau "Dill" itu merupak daun kecil-kecil yang bisa dikategorikan sebagai rempah-rempah, ya seperti "Thyme", "Basil", dan "Oregano". Diapun cepat-cepat pergi belanja sebelum tutup. Iya. disini supermarket yang besar tutup jam 8 malam dan kalu toko kecilnya dari sore sudah tutup. Kalau Sabtu buka setengah hari dan Minggu tutup!
Saya biarkan dia berjuang di dapur untuk menyiapkan makan malam hari itu. Oh, saya hanya membantu mengupas kentang dan ketimun ("Gurkel"). By the way, disini saya juga jadi lebih mahir mengupas kentang, maklumlah itu merupakan makanan sehari-hari. Meskipun dapur berubah jadi kapal pecah tapi akhirnya makan malam pun siap. Dan rasanya pun enak sekali, dan saya pun masih selamat sehat walafiat (*smile* mumpung yang diceritain gak ngerti sama sekali). Resepnya saya akan share ke teman-teman jadi teman-teman bisa coba.
Boleh lah kalau setiap hari dimasakin, biar rasanya tidak seenak masakan di kampung tapi yang penting kan niat tulusnya. Betul tidak?
No comments:
Post a Comment