Friday, 23 March 2007

BY THE RIVER PIEDRA I SAT DOWN AND WEPT by PAULO COELHO

Photo Sharing and Video Hosting at PhotobucketKemarin aku baru saja nyelesain baca buku ini. Memang aku terhitung pembaca yang lamban hehehe, untuk buku begini saja butuh waktu 3 hari hehehe. Maklum bacanya kan cuma pas di kereta kalo berangkat, itung-itung biar gak jenuh. Alasan kenapa aku beli buku ini sih sebenarnya simple, karena aku mau tahu gimana sih seorang Paulo Ceolho itu kalau nulis cerita roman? Ya aku baca reviewnya di internet dan disitu ditulis kalau buku ini menceritakan tentang kisah cinta di masa kecil yang terjalin lagi setelah mereka bertemu lagi ketika mereka dewasa. Terus terang aku agak sedikit kecewa sama buku ini. Ya cuma sedikit sih tapi kecewa juga hehehe (tapi masih seneng kok sama Paulo Coelho). Alasannya kenapa? Karena menurutku jalan ceritanya "too cheesy". Aku tidak berharap untuk menemukannya itu dalam buku seorang penulis sebesar beliau. Walaupun penggambarannya tetap gelap sesuai karakter penulisnya dan konfliknya pun dibuat agak sedikit "absurd" tapi karakter yang dimunculkan Coelho kali ini tidak setegas Maria dalam "Eleven Minutes". Ok biar jelas aku kasih penggambaran sedikit ya.

Karakter wanitanya bernama Pilar. Sewaktu kecil dia punya seorang teman pria tapi kemudian temannya ini harus pindah ke kota lain. Ketika Pilar selesai dengan sekolahnya, dia kembali menemukan teman kecilnya ini dan kembali saling berkomunikasi. Settingnya kali ini ada Spanyol dan Perancis, jadi antara Madrid dan Lourdes. Sudah pasti seorang Coelho berhasil dengan sukses menggambarkan semua keindahan alam yang ada. Two thumbs up!!! Back to Pilar. Ceritanya dia kembali ketemuan sama temannya ini dan teman prianya ini menyatakan cinta padanya. Pilar sendiri bingung dikarenakan si prianya ini ceritanya dianugerahi suatu kemampuan untuk bisa membuat keajaiban, misalnya menyembuhkan orang sakit. Dia sendiri sudah mendaftar ke suatu biara di Perancis, dekat Lourdes, yang notabenenya merupakan "Pilgrimage"-nya agama Katolik. Sosok Pilar sendiri digambarkan sebagai sosok yang tidak terlalu taat beragama, atau bahkan bisa dibilang tidak percaya akan agama. Tapi disini diceritakan bahwa cinta bisa merubah segalanya. Yup..."Amor Vincit Omnia", love conquers everything. That's what I called too cheesy. Ya maaf saja ya hehehehe karena pengalaman pribadi saya menjadi bukti nyata kalau cinta itu tidak bisa mengalahkan segalanya (loh kok kayaknya jadi curhat ya).

Mungkin saya agak terlalu subyektif, karena salah satu teman kursus saya, Marcello (an Italiano-macho macho hehehe), bilang kalau buku favoritnya dia dari semua karnyanya Coelho (selain The Alchemist) adalah buku ini. Menurut dia konflik antara cinta dan agama membuat cinta itu disejajarkan sederajat dengan agama (sacred). Mungkin ada benarnya juga, Tapi sejauh saya membaca agama yang ditampilkan disini (walaupun jelas itu adalah Katolik dengan penggambaran Lourdesnya dan juga kepercayaan mengenai The Holy Virgin) terlalu "absurd". Coba saja kalian baca dan temukan sendiri ke-absurd-annya atau mungkin saja saya yang terlalu "absurd"??? Bisa jadi. Karena jujur saya mengharapkan cerita cinta yang setragis judulnya. Bayangkan saja :"by the river Piedra I sat down and wept" dan kira-kira menurut kalian bagaimana endingnya yang cocok?