Film ini diadaptasi dari novel karangan W. Somerset Maugham dengan judul yang sama dan merupakan re-make pula. Tahun 1934 sebenarnya novel ini sudah pernah dibuat filmnya dengan judul yang sama pula, The Painted Veil.
Produksi terbaru dibuat tahun 2006 (jadi aku terbilang telat ya nontonnya) dan hampir semua pengambilan gambarnya dilakukan di Cina. Bedanya lagi tokoh utama wanita yang di film pertama bernama Katrin, kali ini bernama Kitty yang dimainkan oleh Naomi Watts. Nama tokoh utama prianya tetap, yaitu Dr. Walter Fane yang diperankan oleh Edward Norton. Sedangkan pemeran pembantu prianya dimainkan oleh Liev Schreiber yang berperan sebagai seorang diplomat Inggris bernama Charlie Townsend, di film pertama bernama Jack Townsend.
Menurutku sebenarnya buku ini atau film ini tepatnya berjudul Love in the Time of Cholera, yang merupakan novel karya Gabriel Garcia Marquez. Ya Mungkin juga W. Somerset Maugham tidak ingin terlalu mengekspos tema love-nya yang memang tidak begitu tampak awalnya ataupun dia tidak ingin juga mengekspos tema penyakit kolera-nya yang menjadi background film ini.
Cerita awal film roman ini memang agak-agak flat (apa memang itu tipikal film adaptasi novel ya?). Satu-satunya yang menarik adalah permainan plotnya yang maju mundur. Ya permainan plot memang selalu saja membuat para pencinta film tertarik karena mereka harus lebih ekstra memperhatikan filmnya, atau mungkin juga itu bukan hanya trik sang sutradara belaka. Mungkin saja memang plot novelnya serupa dengan filmya? Aku juga belum menyempatkan diri untuk mencoba membaca novelnya.
Bercerita tentang Kitty yang menikahi seorang ahli mikro organisme muda bernama Walter. Pernikahan mereka terbilang super kilat, karena mereka baru sehari saja bertemu pada suatu pesta yang diadakan oleh keluarga Kitty. Sudah bisa ditebak, pernikahan itu tidak didasari oleh cinta. Kalau Walter jelas saja cinta mati sama Kitty ini, bisa dibilang buat dia adalah love at first sight. Tapi untuk Kitty, pernikahan ini dilakukan karena dia ingin hidup jauh dari keluarganya.
Ya, setelah menikah mereka memang langsung meninggalkan Inggris, sesuai keinginan Kitty. Merekapun pindah ke Cina dimana Walter ditugaskan. Di Cina, mereka bertemu dengan pasangan lainnya, dan disinilah cinta Kitty bersemi. Dia pun mulai asyik berselingkuh ria dengan seorang diplomat Inggris muda bernama Charlie, walaupun si Charlie sendiri sudah beristri.
Hubungan gelap merekapun akhirnya diketahui oleh Walter dan diapun memberikan ultimatum kepada Kitty. Kitty harus ikut dengannya ke pedalaman desa di Cina yang sedang terjangkiti wabah kolera. Pilihan lainnya, Walter rela menceraikan Kitty asalkan si Charlie juga menceraikan istrinya dan mau menikahi Kitty. Terang saja pilihan kedua yang diambil Kitty, tapi apa daya karena Charlie menolak untuk menceraikan istrinya.
Kitty pun akhirnya harus rela mengikuti suaminya ke pedalaman desa karena dia tidak punya pilihan lain. Hubungan mereka pun tidak lagi seharmonis dulu. Mereka jarang sekali berbicara satu sama lain. Mereka tinggal di satu gubuk dipinggiran desa, sedangkan Walter tiap harinya harus pergi ke desa itu untuk memeriksa para penduduknya yang sudah terserang kolera. Selain itu dia juga meneliti dan mencoba mencari solusi dari wabah kolera yang menjangkiti desa itu. Untuk membunuh rasa bosannya akhirnya Kitty pun setiap harinya pergi ke suatu panti asuhan untuk membantu beberapa biarawati disana.
Dari sinilah mulai tumbuh rasa cinta Kitty terhadap Walter. Dia mulai melihat sosok suaminya sebagai seorang pria yang begitu baik hati dan suka menolong orang lain. Dan dari sinilah ceritanya menjadi begitu ironis. Seperti apa sih ironinya, aku sangat anjurkan teman-teman untuk nonton sendiri filmnya, apalagi buat mereka penggemar film-film roman dan penggemar Edward Norton khususnya.
Buat aku pribadi, film ini merupakan film roman yang dikemas dengan bagusnya. Walaupun lagi-lagi temanya cinta, tapi cerita ini bisa dibilang memberikan warna baru. Maksudku film ini menceritakan bahwa cinta itu layak untuk diperjuangkan. Lihat saja tokoh Walter, yang begitu cinta matinya sama si Kitty. Walaupun dia tahu bahwa Kitty menikahinya bukan karena cinta, walaupun dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa istri tercintanya sedang asyik bercumbu dengan pria lain, tetap cintanya tidak pudar, malahan dia menyalahkan dirinya sendiri dan bahkan dia sempat minta maaf sama Kitty:
Walter: "Forgive me".
Kitty: "Forgive you? There's nothing to forgive".
Coba bayangkan gimana aku gak nangis bombay!!!
Seperti yang aku bilang sebelumnya film inipun berakhir dengan ironis, dan menurutku kalimat paling ironis yang bisa aku kutip dari film ini adalah:
Walter Jr.: "Who's that, Mommy?"
Kitty: "Noone important, Darling".
Penasaran??? Nonton sendiri deh ya...
3 comments:
pinter juga Carol kalo cerita...sayang nyeritain filmnya nggak ampe selesai...hiks hiks
Trakir nangis nonton kuch kuch hota hai :-)) kayaknya kita sama-sama melow bo' cengengan, perasa, sensitiiiipp.. Anyway kyknya bgs tuh filmnya, aku cari dvd bajakannya 6 rebu aaahhh :-))
Apa pendapat Gabriel Garcia Marquez untuk membuat filem telenovela dari “Kesunyian Seratus Tahun” ?
Dapatkan jawabannya di dalam wawancara dengan Gabriel (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/09/
Post a Comment