Wednesday 11 July 2007

Ich muss immer hart kämpfen

Aku ingat waktu itu papaku pernah bilang: "wah kasihan ya anakku, selalu harus berjuang keras untuk mendapatkan apa yang dia mau". Ya terjemahan dari judul postinganku kali ini artinnya adalah: "Aku harus selalu berjuang dengan keras".

Aku memang merasa kalau aku ini tidak dengan mudah begitu saja mendapatkan apa yang aku mau. Semuanya itu harus selalu disertai perjuangan yang berliku dan tidak gampang. Apalagi aku terbilang orang yang perfeksionis. Semua harusnya berjalan sesuai yang aku rencanakan dan harapkan, kalau tidak...wah bisa langsung pusing tujuh keliling dan stress jadinya.

Sebagai contohnya adalah rencana melanjutkan studiku di Jerman sini. Dari awal aku sudah tahu bahwa ini tidak akan mudah. Banyak yang bilang, kenapa gak cari beasiswa saja kan di Jerman banyak tuh Uni yang menyediakan beasiswa. Percayalah, aku sudah mencoba untuk mencarinya, 2 tahun aku mencoba kemana-mana, tapi umumnya beasiswa itu diperuntukan bagi para pekerja sosial (terutama), pegawai negri ataupun para pengajar universitas negri, dan percayalah rasisme itu masih ada.

Yah intinya, sulit juga untuk aku mencari beasiswa. Tapi toh tetap saja dengan segala perjuanganku aku merasa selalu terberkati. Buktinya walaupun dengan biaya keringat sendiri bisa juga aku ke Jerman sini dan berencana melanjutkan studi disini. Tapi perjuangan belum berhenti. Dari persiapan bahasa, pengurusan dokumen-dokumen seperti menerjemahkan ijasah-ijasah sekolahku, pengurusan visa dan sebagainya benar-benar menguras energiku dan juga materi.

Sampai akhirnya disinipun aku sudah beres memasukkan pendaftaranku di Uni jauh hari sebelumnya, bahkan sampai ingin "perfect"-nya aku sampai belain ketemuin Profesornya, kok ya tetap saja ada masalah yang datang. Pendaftaran Uni tutup tanggal 15 Juli, dan weekend kemarin aku sadar bahwa dokumenku ada yang kurang. Langsung saja aku telpon Uni-nya untuk menanyakan apa aku masih bisa dapat kesempatan untuk menambahkan dokumen yang kurang tadi. Jawabannya positif.

Jadinya dari Senin aku melengkapi semua dokumenku dan berencana untuk ke Uni hari Selasanya. Lalu apa yang terjadi hari Selasa bisa teman-teman baca di postinganku sebelumnya. Dan postinganku hari ini berhubungan dengan apa yang terjadi hari ini.

So, begitu tau kemarin tidak ada kereta yang bisa kutumpangi menuju ke Uni di Regensburg, langsung aku telpon sekretariat di Uni-nya. Aku jelasin masalahku dan dia dengan ramah bilang: "gak apa-apa, besok juga masih bisa". Akupun langsung lega rasanya. Langsung saja aku atur janji jam 9 pagi untuk ketemuan sama dia, jadi semua dokumenku yang kurang bisa dikumpulkan dengan dokumenku yang lama.

Sengaja aku berangkat lebih awal dan aku sampai disana sekitar jam 1/2 9 pagi, tapi apa yang kudapati? Tulisan di depan pintu sekretariat: Karena sakit, dengan sangat menyesal hari ini sekretariat TUTUP. Wah aku langsung lemes. Kepalaku langsung cenut-cenut. Sempat terduduk lesu juga di kursi yang disediakan di depan kantor sekretariat. Aku mikir enaknya aku harus gimana.

Aku putuskan untuk coba cari siapa tau ada dosen atau profesor yang bisa bantu aku. Tapi apa daya, semuanya baru dateng diatas jam 10 bahkan banyak yang dateng jam 2 siang nanti. Mampus deh aku!!! Aku coba muterin gedung siapa tau aku nemu sekretariat lain yang buka tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku putuskan untuk menunggu di lorong dekat sekretariat jurusan yang aku mau daftar. Entah sampai jam berapa. Ya aku sih berharapnya jam 10 akan ada dosen atau siapa saja yang datang.

Wah pokoknya jadi dosen di Jerman sini enak kali ya. Kerjanya tidak harus full time. Jadi sekretaris saja cuma dari jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Tidak seperti di Indonesia, baik dosen dan bagian Tata Usaha harus datang full time dari pagi sampe sore. Tidak adil kan? Dosen-dosen di Indonesia kerjanya lebih berat tapi gajinya lebih kecil hehehehehe.

Aku kembali duduk di kursi di depan kantor sekretariat, menunggu sampai sekitar jam 9 lewat 15 menit. Rasanya sudah pengin nyerah aja deh. Kepikiran ninggalin amplop didepan pintu sekretariat dan pulang. Ga peduli deh apa ada yang ambil dan diterima atau malah dibuang ke tong sampah. Sambil megangin kepala yang rasanya makin cenut-cenut aku hanya duduk manis dan menunggu, hingga akhirnya ada yang datang.

Mukanya sih familiar, rasanya aku pernah lihat dia di websitenya Uni. Tanpa banyak mikir langsung saja orang itu aku terjang. Aku langsung curhat mengenai pendaftaranku, tentang tutupnya kantor sekretariat setelah aku datang jauh-jauh dari Ingolstadt. Diapun hanya tersenyum sambil menatap aku dari atas sampai bawah. Sepertinya dia memperhatikan rambutku yang sudah kumel acak-acakan dan mukaku yang sudah amat kusut.

Masih tetap sambil senyum diapun menjulurkan tangannya menerima amplop pendaftaranku setelah panjang lebar aku jelaskan duduk masalahku. Dia pun bilang, "gapapa kasih saja ke saya, toh saya juga salah satu dari komite penerimaan mahasiswa". Langsung saja aku ingat. Ternyata dia itu Prof. Fischer yang pernah juga email-emailan sama aku waktu aku masih di Indonesia. Dia ini juga merupakan salah satu profesor Linguistik yang terkenal dari Regensburg University. Wah dia memang dewa eh dewi penyelamatku. Namanya pun sama seperti calon mertuaku, Roswitha, hehehe bukan disama-samain loh ya.

Akupun pulang dengan perasaan lega walaupun kepalaku masih cenut-cenut ketambahan pula perutku yang berteriak minta diisi. Maklum biasanya pagi-pagi sudah sarapan, eh ini pagi karena ingin buru-buru ke Uni jadinya gak sempet (atau tepatnya gak disempetin). So, satu masalah terselesaikan dan sekarang aku tinggal menunggu masalah lainnya yang akan datang. Ready and go. Lass mich jetzt wieder kämpfen!

2 comments:

Nunung said...

syukur deh Carol, akhirnya masalah dokumen terselesaikan, mudah2an semuanya ntar berjalan lancar. GBU

Ninis said...

Begitulah hidup :)
Kelar satu masalah, pasti datang lagi yang bikin kepala lebih cenut2 ... ya nggak?!
Mudah2an kita kuat ya berjuang di negeri orang :)