Lanjut lagi ya cerita ke Leipzignya. Malam itu aku tidur dengan nyenyak dan terbangun kira-kira jam 6 pagi. Thanks to Ulli's wecker...pagi-pagi aku udah bangun, padahal alarm handphone ku aku setel jam 1/2 8 pagi. Maklum kalau bangunnya agak mbangkong hehehe soalnya tidurnya juga baru jam 1/2 2 an gitu deh. Sehabis weckernya Ulli teriak-teriak akupun memutuskan untuk tidur lagi tapi baru saja merem dikit itu wecker sudah teriak-teriak lagi. Waduh...mana gak bisa matiinnya lagi. Sudah aku coba menekan semua tombol dan juga berniat mencopot baterenya, tapi kok ya ga ketemu...stress deh. Untungnya percobaanku akhirnya berhasil wecker itupun mati total hehehe (bukan aku banting loh ya tapi akhirnya ketemu juga tombol off nya hihihihi). Hmmm lega deh jadinya aku bisa tidur lagi. Asyik akhirnya aku bisa merem lagi...eh kayaknya barusan aja aku ketiduran ternyata gantian alarm handphoneku yang bunyi. Yo wes, aku nyerah. Langsung aku beranjak bangun, nyiapin baju dan sambil mengendap-ngendap aku keluar kamar (soalnya si Shoko masih terlelap, hm gila tuh anak bolak balik aku bangun gara-gara wekernya Ulli eh dia kayak putri tidur aja!). Kelar mandi ternyata Shoko dan Ulli sudah bangun dan lagi sibuk nyiapin sarapan, tinggal si Steffen aja yang masih asyik molor di sleeping bagnya (udah kayak kepompong deh). Gantian si Shoko mandi dilanjutkan Ulli dan terakhir baru Steffen.
Waktu sudah menunjukkan jam 10 pagi dan kitapun langsung menuju ke Botanical Garden. Cuaca hari itu kurang bersahabat. Dari pagi sudah mendung dan hujan rintik-rintik. Jadi tidak bersemangat hari itu. Sesampainya di Botanical Garden kita langsung masuk saja tanpa harus membayar. Ya walaupun kita tidak beruntung dengan cuaca tapi hari itu kita beruntung karena di Botanical Garden kebetulan ada lelang jadinya untuk hari itu bebas biaya masuk. Asyik deh bisa puter-puter taman sepuasnya gratis hehehe. Tamannya sendiri besar dan dibagi-bagi per jenis tanamannya dan benua asalnya. Puas kita puter-puter diluar akhirnya kita memutuskan untuk masuk kedalam rumah kacanya. Disini spesial tanaman-tanaman tropis sepertinya. Kita nemuin golongan kaktus juga berbagai macam pepohonan dari asia tenggara termasuk Indonesia. Wah didalam rumah kaca ini udaranya panas sekali dan pengap, walaupun diluar udara cukup sejuk karena mendung. Ya mungkin disesuaikan dengan negara asalnya ya hehehehe. Disalah satu bagian ruangan juga terdapat banyak kupu-kupu yang bebas berkeliaran...wah bagus banget deh. Puas puter-puter melihat berbagai macam tumbuhan dan pepohonan akhirnya kita memutuskan untuk keluar dari rumah kaca itu dan kok ya untungnya cuaca tidak se-mendung sebelumnya. Matahari sudah tidak tertutup awan hitam walaupun masih sedikit malu-malu. Ulli pun mengusulkan untuk pergi ke Volkerschlachtdenkmal. Walaupun aku dan Steffen tahun lalu juga sudah pernah kesana tapi kita tetap setuju karena Shoko kan belum pernah.
So, perhentian selanjutnya adalah Volkerschlachtdenkmal , atau terjemahan bahasa Inggrisnya adalah "Monument of the Battle of the Nations". Sesuai namanya bangunan ini merupakan monumen yang mengingatkan para rakyat Leipzig pada waktu perang melawan Napoleon, tanggal 16 sampai 19 Oktober 1813 . Mulai dibangun di tahun 1898 dengan tinggi 91 meter diatas tumpukan sampah dan berhasil diselesaikan di tahun 1913. Didepan bangunan kita disambut oleh patung batu Malaikat perang St. Michael yang menjaga dan selalu mengawasi kedatangan para musuh. Masuk kedalam bangunan lantai pertama terdapat beberapa patung "Totenwächter" (penjaga orang mati) dengan tinggi 9,5 meter. Naik kelantai dua kita bisa mendapatkan informasi mengenai sejarah bangunan ini dan juga terdapat 4 patung besar yang masing-masing melambangkan: kekuatan rakyat, keberanian, pengorbanan dan kepercayaan. Dari sini kita bisa naik ke bagian tengah Monumen yang saat itu masih dalam tahap pemugaran, dilanjutkan ke puncak Monumen dan dari sini kita bisa menikmati panorama kota Leipzig. Walaupun hari itu agak mendung tapi pemandangan yang tertangkap di kamera masih jauh lebih bagus dari tahun lalu hehehehe. Hari itu juga tidak terlalu banyak pengunjung, walaupun weekend, jadinya kita bisa leha-leha sambil menikmati pemandangan alam.
Puas keliling Monumen dan melihat pemandangan, kita memutuskan untuk balik ke tempat Ulli untuk beristirahat sejenak sambil meikmati kopi dan Marmer Cake yang aku bawa. Jam menunjukkan sekitar pukul 3 sore dan setelah ngopi-ngopi kita langsung ke tengah kota dan mencari parkiran mobil. Kita berempat berencana untuk lihat konser Leipziger Lehrerorchester di Gewandhaus, di pusat kota Liepzig, jam 5 sore. Untung pake kartu pelajar aku sama Shoko jadi cuma bayar 5 Euro sedangkan Steffen dan Ulli harus bayar 8 Euro. Mereka memainkan karya-karya Joseph Haydn "Symphonie No. 99", Georg Christoph Wagenseil "Konzert für Posaune und Orchester", Dmitri Kabalewski "Konzert für Violine und Orchester" dan sebagai penutup Beethoven "Symphonie No. 2". Dengan 2 Solis untuk Posaune, Sebastian Krause dari Jerman, dan Violin, Yuka Tanabe dari Jepang. Pokoknya bagiku performance mereka ini bisa sangat menyihir hehehe walaupun sebenarnya aku sendiri bukan maniak musik klasik loh. Betul-betul pengalaman yang menarik untuk lihat konser-konser musik seperti ini.
Tidak terasa sudah malam tapi langit Jerman masih terang benderang, akhirnya kita memutuskan untuk naik ke Panorama Tower. tahun lalu aku sama Steffen juga sudah pernah kesini dan Steffen ambil foto kota Leipzig malam hari dengan lampu warna-warni dari atas...wah bagus sekali. Mungkin temen yang sudah pernah mampir tahun lalu juga ingat foto ini. Kali ini sama Shoko dan Ulli kita naik lagi keatas dengan biaya masuk 2 Euro untuk satu orang. Sebenarnya bangunan ini adalah Restaurant tapi boleh juga kita naik sampai puncak untuk lihat pemandangan tengah kota Leipzig terutama Hauptbahnhof (stasiun kereta) nya Leipzig yang terbesar se-Eropa itu. Mungkin teman-teman bisa lihat juga foto dari Hauptbahnhofnya Leipzig yang terkenal itu, walaupun tidak seberapa jelas. Beberapa minggu sebelum aku ke Leipzig, sempat heboh juga di Hauptbahnhofnya karena ditemukan bom sewaktu perang dunia ke-dua yang masih aktif. Akibat penemuan itu, stasiun pun ditutup total dan jalur transportasipun terganggu. So, aku, Shoko, Steffen dan Ulli menikmati pemandangan dari segala penjuru arah. Bedanya kali ini selain langitnya masih terang, udaranya juga tidak sedingin tahun lalu hihihi. Maklum waktu aku dateng tahun lalu itu masih musim dingin hehehehe. Malam hari dan berangin pula, jadinya aku agak tidak bisa konsen karena kebelet pipis (maaf ya tapi itu kenyataan) hihihihi.
Turun dari Tower kita sempet jalan-jalan ketengah kota dan entah ide siapa (kayaknya sih idenya Steffen) akhirnya kita memutuskan untuk naik Kincir Kincir. Tiket masuknya 5 Euro untuk 2 orang. Dan akhirnya kita pun naik. Untungnya anginnya tidak terlalu kencang jadi tidak terlalu ngeri tapi biasalah namanya cowok usilnya gak ketulungan. Ulli dan Steffen mencoba untuk memutar tempat duduk kita dan alhasil kitapun berputar-putar seiring dengan berputarnya kincir. Seketika aku ngerasa ngeri juga tapi yang ga enak tuh rasanya eneg pengen muntah, mungkin juga pusing. Sedangkan si Shoko berteriak-teriak memohon Ulli dan Steffen berhenti memutar besi yang ada di tengah kursi kita. Sepertinya dia takut setengah mati, soalnya dia merem terus dan gak berani buka mata pas kita sudah sampai diatas. Yah namanya lagi cowok, melihat korban ketakutan bukannya berhenti malah makin seru, langsung saja deh aku kasih kode mata melotot ke arah Steffen supaya dia berhenti. Ancamku cuma satu kata: kalau kamu gak berhenti tar aku muntah loh! hehehe berhasil berhasil (a la Dora), akhirnya tuh 2 cowok berhenti. Tapi belum berhenti sampai disitu. Mungkin si penjaga sempet denger juga Shoko teriak-teriak, jadinya begitu kita sampai dibawah dengan semangat 45 itu penjaga langsung memutar kursi kita. Alhasil seiring kita berputar keatas, kursi kitapun dengan semangat 45 juga ikut berputar-putar. Wah heboh pokoknya si Shoko teriak dan akupun juga ikutan teriak dan segala sumpah serapah dengan bahasa Indonesiapun tak bisa kuhindari hehehehe. Begitu sampe diatas perlahan-lahan kursi kitapun berhenti berputar-putar dan kitapun berhenti diatas. Langit Leipzig pun mulai gelap dan pemandangan kotapun mulai berwarna oleh lampu. Bagus deh. Seru juga kalau sudah sampai diatas yang penting mah tidak berputar-putar hehehehe bikin mabok.
Selesai naik Kincir-Kincir kitapun memutuskan untuk pulang, karena perut ini sudah teriak minta makan. Tidak sabar juga mau ngerasain pizza buatan Ulli. Hmmm pasti enak deh, soalnya Steffen juga sering cerita nih tentang pizza buatannya Ulli. Sesampainya di tempat Ulli aku bersih-bersih dan cuci muka begitu selesai ternyata Ulli dan Shoko sudah bekerjasama bahu membahu membuat Pizza. Hmmm enak deh aku bisa leha-leha. Aku bilang sama Steffen, sering-sering aja deh liburan kayak gini jadinya aku bisa bebas tugas dan bisa males-malesan hihihihi. Tapi lama-lama ga enak juga ya, masa udah namu bikin repot eh maunya cuma terima beres, akhirnya aku memutuskan untuk bantu nyiapin bikin salat. Steffen pun aku kasih tugas bantuin motong-motong, dengan maksud biar cepet selesai dan bisa cepet makan...Huh dasar de Carol rakus hehehehehe. Hm jadi juga Pizza a la Ulli yang sudah ditunggu-tunggu. Kita makan sampai kekenyangan dan gak bisa gerak dari tempat duduk. Akhirnya kita pun main kartu deh sampe pagi, sambil ngobrol-ngobrol dan sesekali liat berita tentang demonstrasi anti G-8 di Rostock. Lama-lama cape dan ngantuk juga nih. Akhirnya semuanya pada nyerah dan beranjak ke tempat tidurnya masing-masing. Selamat bobok. Besok kita mau pulang tapi sebelumnya kita mau lihat pameran karikatur di pusat kota...Ceritanya bersambung lagi yah.
3 comments:
hahahhahahahha, ngakak pas ngancam "awas aku muntah" hahahahha... oalah nduk... kacian banget deh kamu... :))
wahh asyiknya jalan2.. suka lihat foto2nya..semua seru.. hehe..
Wie geht's dir?
mari teko lipcih ... senengeeeee
Post a Comment