Tuesday 23 May 2006

Perjalanan Pulang

Sebenarnya saya sudah lupa sama perjalanan pulang saya karena memang sudah berminggu-minggu yang lalu. Yang saya ingat sih perjalanan saya itu lama sekali dan melelahkan, mana saya juga sempat sakit sehari sebelumnya. Tapi untungnya perjalanannya lancar dan aman-aman saja. Turbulance sih tetap ada tapi saya juga jadi terbiasa. Untuk perjalanan dari Jerman ke Dubai saya tempuh sekitar 5 jam-an, itupun tidak semua kursi terisi. Bahkan ada bule yang dengan asyiknya nylonjor (bahasa Indonesia yang baiknya apa ya?) di kursi tengah, kelihatan enak sekali.

Seperti biasa saya selalu minta yang dekat jendela, jadi kebanyakan saya menghabiskan waktu melihat pemandangan langit diluar sana sambil membayangkan jauhnya jarak antara saya dan Steffen (aduh jadi sedih deh). Memang sih selama perjalanan, saya sedikit kesepian karena tidak ada yang bisa diajak ngomong, mau nonton film juga males, mana saya juga tidak bisa tidur di pesawat. Ngantuknya baru terasa waktu transit di Dubai. Saya tiba tengah malam dan harus menunggu sekitar 3 jam sampai penerbangan saya selanjutnya.

Begitu pintu gate boarding dibuka saya juga sudah siap antri. Ternyata di sana banyak sekali para TKW asal Indonesia yang saling berbicara dengan logat Sunda. Juga ada beberapa grup ibu-ibu yang ikutan tour. Ada juga beberapa orang Indonesia yang sepertinya baru pulang berlibur dari Itali. Ada juga beberapa turis bule yang datang dari Perancis. Ada juga beberapa orang Srilanka dan Singapura. Pokoknya ruangan itu jadi penuh hiruk pikuk. Oh sekedar informasi, tapi jangan kaget ya. Penerbangan saya selanjutnya akan menempuh waktu sekitar 12 jam!!! Gila banget kan??!!

Iya, dari Dubai pesawat akan transit di Srilanka selama 1 jam kemudian lanjut ke Singapura dan transit lagi 1 jam untuk selanjutnya menuju Jakarta. Nah kebayangkan bagaimana lelahnya diriku ini ihik ihik. Untungnya untuk penerbangan yang kedua ini saya dapat teman ngobrol. Namanya Mbak Atik dari Indramayu. Dia baru 6 bulan mengais rejeki di Kuwait hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang kampung karena tidak kerasan. “Aduh Mbak, majikan saya itu galak sekali. Saya itu cuma dikasih makan nasi ampas yang kayak bubur itu”, begitu curhatnya ke saya waktu saya tanya kok dia pulang juga hari itu. “Loh kan gajinya besar, Mbak”, tanya saya lagi. Kilahnya, “tapi jauh dari rumah, Mbak. Suka ga kuat kangen.”

Yah, antara Kuwait dan Indonesia, jarak jauh dari rumah buat kangen sama keluarga. Susah memang ya. Sayapun langsung ingat sama keluarga di rumah, sama papa saya yang katanya sempat nangis semalaman waktu saya pergi, dan waktu ditanya sama mama dia hanya mengucap kata “kangen”. Saya juga ingat Steffen, dan begitu jauhnya jarak hingga saya pun harus menunggu satu tahun lagi, dan selama itu juga saya hanya bisa bilang ke dia “kangen”. Yah kangen jadi buat orang suka sedih dan akhirnya tidak bisa kerja dan konsentrasi. Bahaya juga kan. Sayapun jadi maklum kalau si Mbak akhirnya memutuskan pulang kampung karena kangen sama keluarga di Indramayu walaupun gaji kerja di negeri orang lebih menggiurkan.

Dan akhirnya, saya pun sampai di Jakarta dengan selamat. Disambut oleh Om saya yang sempat terjebak macetnya Jakarta (kapan gitu loh Jakarta ga macet!!) dan juga disambut guyuran hujan. Untungnya proses pengambilan baggage dan urusan imigrasi saya lancar car car dan seketika itu juga badan saya langsung sakit semua karena terlalu lama duduk di pesawat. Malam itupun saya tidur di tempat Om saya (walaupun lagi-lagi tidak bisa tidur karena masih bingung sama waktu kali ya) dan besok sorenya saya pun langsung pulang ke Surabaya. I’m home, at last!! Another year to go!

No comments: