Hari ini kursusku lain dari hari biasanya, maklum hari ini adalah hari terakhir bersama Heidi, guru bahasa Jermanku. Minggu depan sampe akhir bulan kelasku bakal kembali diajar oleh Herr Reidt. Overall penilaianku terhadap Heidi adalah "lumayan". Walaupun awalnya agak kagok juga karena aksennya beda dari guru sebelumnya. Mana dia kalau ngomong juga cepat pula jadi agak kesulitan kalau sudah mulai test Diktat hehehe. But she's fun. Fun-nya karena dia bisa mingle dengan kita semua dengan cepat, dan dia suka sekali bilang 'scheiße', yang artinya 'shit' (maaf!) dalam bahasa Inggris. Inilah bedanya guru di Indonesia dan di sini. Guru sini bisa dengan santainya mengucapkan kata-kata seperti ini hehehe. Oh tapi guruku yang cowok pernah marah loh gara-gara salah satu temenku mengucapkan kata ini. Jadi intinya tidak semua guru di Jerman suka ngomong kotor hehehe.
So balik lagi ke kursus hari ini. Karena hari ini hari terakhir maka kita buat pesta sarapan kecil-kecilan. Masing-masing boleh bawa apa saja untuk satu kelas. Aku sendiri bikin Brownies dan Jelly coklat. Itung-itung sekalian ngasih tau gimana sih rasanya Jelly hehehe. Pada umumnya mereka gak mau makan Jelly soalnya geli liat bentuknya hehehe. Kecian deh Jellynya. Tapi salah satu temenku, Nevenko, nekat makan karena penasaran walaupun dia gak berani megang. Dan hasilnya dia jadi ketagihan hehehehe. Sukurin deh...coba sana pulang Bosnia dan cari yang namanya Jelly, pasti ga ada!
Seru banget deh karena mereka juga antusias bawa makanan banyak banget. Dan ga hanya makanan tapi juga ada yang bawa minuman. Nanti deh bisa dilihat dari fotonya. Kemudian sambil makan kitapun nonton film Jerman yang judulnya "Jenseits der Stille" (Beyond the Silence). Ya, sesuai judulnya, film ini menceritakan tentang sebuah keluarga dengan 2 anak. Tapi ini bukan keluarga biasa karena ayah dan ibunya tuli sedangkan kedua anaknya tidak. Diceritakan sehari-hari keduaorangtua ini bergantung pada anaknya tertua yang bernama Lara. Konflik yang ditonjolkan adalah ternyata Lara punya bakat terpendam untuk memainkan Klarinet sedangkan ayahnya sangat tidak suka akan hal itu. Hal ini disebabkan kecemburuan di waktu kecil dimana ayahnya mempunyai seorang saudara perempuan yang normal (tidak tuli) dan juga mahir sekali bermain Klarinet. Sang ayah selalu merasa bahwa keduaorangtuanya lebih sayang pada saudara perempuannya dibandingkan dia.
Ide film ini bagus sekali karena Musik diceritakan sebagai faktor utama penyebab konflik-konflik yang ada, sedangkan menurutku Musik adalah sesuatu yang sangat indah dan bahkan bisa menjadi sesuatu yang sangat inspiring. Bukankah begitu? Film ini sangat bagus karena menampilkan cerita yang lucu dan juga menyedihkan. Sungguh sebuah film yang menyentuh hati dan aku pengen sekali melihatnya sekali lagi hehehe.Betul-betul sebuah permulaan akhir pekan yang indah. Happy Weekend to you all!
1 comment:
Scheisse itu sebenarnya artinya ngga selalu Shit. Kalo diterjemahkan dalam bahasa indonesia bisa bermacam2: kurang ajar, sialan, aduh kok gue bego ya, rese ih, dll...yah tergantung intonasi dan diliat dari kejadiannya.
Film Jenseit der Stille juga salah satu film favoritku lho. Aku sering nonton ulang tuh film, sering minjem di Goethe hehehe... dulu nontonnya dari belum ngerti banyak bahasa jerman, sampai udah ngerti banyak bahasa jerman :p
Post a Comment